Next Post

Thorium Sebagai Alternatif Sumber Energi

Peran Nuklir Dalam Transisi Energi (dok. detik)

Jakarta, Gentakala – Program transisi energi untuk mencapai target nasional Net Zero Emission di tahun 2060 sedang ramai dibahas. Program utama transisi energi salah satunya adalah dengan beralih ke energi terbarukan yang lebih hijau. Nah, thorium salah satunya.

Beralih ke energi terbarukan bisa dilakukan dengan mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis fosil fuel, baik itu batu bara maupun minyak diesel dengan sumber energi listrik yang lebih ramah lingkungan seperti energi surya, angin atau geothermal.

Sayangnya, meskipun bisa mengurangi emisi karbon, sumber energi tersebut tidak bisa memenuhi tiga prinsip dasar penyediaan energi, yaitu terjamin ketersediaannya di mana saja, kapan saja, dan biaya yang murah.

Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah biaya produksinya akan lebih mahal. Karenanya, diperlukan alternatif sumber energi lain yang bisa memenuhi tiga prinsip dasar tersebut sekaligus memiliki emisi karbon yang rendah. Thorium adalah satu alternatif yang bisa diandalkan.

Untuk diketahui, thorium merupakan sumber energi baru terbarukan, dan termasuk bahan bakar nuklir alternatif selain uranium. Karenanya, thorium juga dikenal dengan nama nuklir hijau. Thorium diklaim lebih aman karena radioaktifnya lebih rendah daripada uranium.

Dalam ‘Industrial Lecture’ yang diadakan Teknik Mesin Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, pekan ini, Guru Besar Teknik Mesin UB Prof. Ing. Wardana membeberkan hasil penelitian mereka tentang hidrogen.

Ia menjelaskan proses produksi hidrogen sebagai bahan bakar dengan biaya yang ekonomis supaya layak untuk dikembangkan secara komersial.

“Thorium memiliki densitas energi yang tinggi sehingga sangat cocok untuk mempercepat program transisi energi dengan biaya yang bisa diterima (acceptable). Adanya pasokan listrik yang terjamin dengan harga ekonomis akan memacu investasi dan tumbuhnya industri, meningkatkan GDP dan mengerek pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

“Thorium bisa menjadi alternatif untuk menghasilkan listrik yang affordable serta memenuhi prinsip bisa di mana saja, kapan saja dan emisi karbon yang rendah,” sebut Direktur Operasi PT Thorcon Bob S Effendi di acara yang sama.

Dari diskusi yang berkembang, mantan Dirut Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ali Mundakir yang menjadi moderator, menyimpulkan memang masih ada persepsi kurang menguntungkan pada kata nuklir yang terasosiasi dengan thorium.

Menurutnya, hal inilah yang perlu untuk terus diluruskan agar thorium sebagai sumber penghasil listrik bisa diterima. “Adalah keniscayaan bahwa Thorium akan segera menjadi salah satu sumber energi listrik bahkan menjadi masa depan penyediaan energi listrik dalam mendorong peningkatan industri dan tumbuhnya perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Mempertimbangkan kondisi di atas, Teknik Mesin UB siap mendukung pemanfaatan thorium dan menangkap peluang yang ada baik dari sisi teknis dan non-teknis.

“Sebagai kampus yang unggul, tentu saja Teknik Mesin UB sangat kompeten untuk memberikan kontribusi. Bahkan diskusi tentang masa depan Thorium dan Hidrogen akan terus dilakukan berkelanjutan,” kata DR. Purnami, ST., MT. selaku Kepala Departemen Teknik Mesin UB.

Sumber: Detik.com

Adm

Related posts